Bagi yang berminat melamar CPNS tahun ini diharapkan melakukan persiapan yang matang untuk menghadapi ujian CPNS nanti. Karena penerimaan CPNS 2014 akan dilakukan dengan murni dan trasparan dimana sepenuhnya ditangani pemerintah pusat bekerjasama dengan konsorsium perguruan tinggi. Dan perlu diingat bahwa sistem ujian CPNS 2014 diharuskan menggunakan CAT (Computer Assisted Test) tanpa terkecuali. Jadi jika ingin lulus CPNS satu-satunya cara adalah dengan belajar dan melakukan persiapan mantap.
Apa sebaiknya persiapan yang dilakukan?
Untuk memudahkan anda mempelajari Soal-Soal CPNS menggunakan CAT dengan metode yang tepat, Coba gabung di Program
Ini
Lowongan CPNS 2013- Para kreditur yang mendapat pinjaman dari Bank Perkerditan Rakyat Kab. Bandung cabang Banjaran, hanya menerima 0,075 - 15 persen dari dana yang cair. Selebihnya dipotong dan dinikmati delapan terdakwa kasus pembobolan dan korupsi BPR Kab. Bandung. Fakta itu terungkap dari penuturan para saksi dalam sidang lanjutan kasus tersebut, Kamis (16/5/2013) di Ruang 1 Pengadilan Tipikor Bandung, Jln. LLRE Martadinata, Kota Bandung.
Saksi yang hadir dalam sidang itu adalah Asep, Jajang, dan Nandang. Saksi Jajang yang merupakan pegawai harian lepas di Dinas Pertamanan, Tata Ruang, dan Kebersihan Kab. Bandung, mengaku hanya mendapat Rp 3 juta dari Rp 20 juta yang cair. "Sisanya yang Rp 17 juta diambil Pak Hendra. Soalnya saya memang hanya butuh Rp 3 juta," katanya. Jajang membeberkan tentang asal muasal peminjaman uang tersebut. "Pak Hendra meyakinkan saya untuk meminjam uang ke BPR. Saya hanya cukup memberikan fotokopi KTP. Sisanya dia yang ngurus.
Termasuk uang yang Rp 17 juta itu, nanti dia katanya yang tanggung jawab," ujarnya. Jajang lalu datang ke BPR untuk bertemu pimpinan atau bagian yang mengurus administrasi peminjaman. "Sampai di sana,surat-surat itu sudah ada. Satu diantaranya soal gaji saya. Di sana ditulis Rp 1,7 juta per bulan kalau tidak salah. Sementara gaji saya hanya Rp 700.000,00. Ya saya mah tanda tangan aja karena Pak Hendra bilang aman," ucapnya. Setelah dana cair, dia memberikan Rp 17 juta kepada Hendra dan Rp 3 juta dibawanya untuk berbagai keperluan. "Sebulan, saya nyicil Rp 200.000,00. Itupun langsung dipotong Pak Hendra dari gaji saya tiap bulan," ucapnya.
Hal senada dialami Asep. Dia juga mengajukan pinjaman ke BPR atas bujukan Hendra. Modusnya pun sama yaitu meminjam data Asep lalu dimanipulasi seolah-olah Asep adalah CPNS atau PNS. "Saya hanya ambil sedikit. Sisanya oleh Pak Hendra. Saya masih nyicil Rp 50.000,00 per bulan. Ya saya takut kalau tidak bayar nanti barang-barang harus disita bank," katanya. Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Kejari Bale Bandung, Ahmad Yohana menjelaskan, para terdakwa diduga memanipulasi data dalam mengajukan pinjaman. "Ya seperti itu tadi. Pinjam KTP-nya lalu dibuat seolah-olah orang itu PNS atau CPNS.
Padahal orang-orang itu berprofesi sebagai sopir angkot, tukang ojeg, dan lain-lain," katanya. Jumlah data yang dimanipulasi mencapai 333 orang. "Seluruh pengajuannya disetujui BPR karena memang sudah koordinasi dengan orang dalam BPR. Jadi 95 persen dari 333 data itu adalah hasil manipulasi. Dari dana yang cair, paling si pemilik nama asli hanya kebagian kecil. Ada yang Rp 150 ribu, Rp 300 ribu. Paling besar tiga juta rupiah," ujarnya. Pengajuan pinjaman fiktif itu terjadi sejak tahun 2007 hingga tahun 2011. Total pemohon kredit mencapai 333 orang.
Sebanyak 323 diantaranya diketahui fiktif. Total dana yang cair mencapai Rp 6,7 miliar. Otak kasus tersebut adalah Hendra Ramdan yang merupakan mantan karyawan di Dinas Pertamanan, Tata Ruang, dan Kebersihan Kab. Bandung. Agar pengajuan disetujui dan pencairan lancar, Hendra menggandeng sejumlah pejabat di BPR yaitu Heri Ahmad Sobari (Pimpinan Cabang/Pinca BPR Kab.
Bandung cabang Banjaran saat ini), dua pinca sebelumnya yaitu Nia Kurniati dan Cece Rohendi, Kabag Kredit Erni Yusmawati, Dedi Kurniadi, Jujun Ahmad Solihat, dan Dadan Rahmat. Kedelapan orang itu telah menjadi terdakwa.(pikiran-rakyat.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar